Kamis, 29 Januari 2015

Puisi : Melihat Sang Purnama Malam

Ini adalah rangkaian kata-kata yang disusun untuk mengenang sebuah cerita...
Tak pernah sebelumnya aku begini. Menunggu menghilangnya Sang Raja Siang. Ingin rasanya aku segera melihat bulan, melihat bulan yang selama ini kudambakan. Kutunggu ia selalu. Sampai hilang rasa lapar dan kantuk.
Tlah tiba saatnya untuk ia muncul. Menyinari alam ini didalam gelapnya malam. Tapi tak kusangka, ia bersembunyi. Bersembunyi dibalik kumpulan awan gelap yang sama sekali tak kuinginkan keberadaannya. Aku ketakutan. Cemas dan juga lupa diri. Ingin rasanya kumenyingkirkan awan gelap itu. Yang seharusnya tak membuatmu bersembunyi dariku.
Tak tahu mengapa, air hujan membasahi pipiku. Menetes tiada henti, mengalir tak henti-henti. Aku berlari kearah sahabatku. Memeluknya dan menangis di pelukannya. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Kuceritakan hal-hal yang gerangan telah terjadi. Tak kuasa aku menceritakannya.
"Sabarlah... Jika kamu masih ada keinginan untuk tetap melihatnya, maka bersabarlah. Buktikan jika engkau lebih baik dari awan itu. Jangan pernah biarkan bulan itu tertutupi lagi." ujar sahabatku itu.
Air mata ini semakin deras alirannya. Seakan-akan ingin segera ada di ujung pipiku. Aku hanya bisa berdoa kepada Sang Pencipta Alam. Menghilangkan awan itu dan jangan biarkan ia kembali lagi.
Menungguku di malam hari. Menantikan Purnama Malam jika ingin kembali. Lelah rasanya hati ini jika terus begini. Tak apa hal, niatku sugah bulat untuk menantikannya. Niat tulus dari hati. Dengan pemikiran yang bulat.
Aku hanya bisa bercermin diatas genangan yang telah kubuat sendiri. Yang telah kubuat dengan tanganku yang tak sengaja aku melakukakannya. Genangan yang menjadi inti dari semua masalah. Yang daku berharap untuk segera terselesaikan.
Dimana bulan yang selama ini ada disisiku?
Dimana bulan yang selama ini selalu menyemangatiku?
Dimana bulan yang selalu saja menerangi malam-malamku?
Andai dia tahu, aku sangat merindukannya...
Andai dia tahu, aku disini menantinya. Menantikan penantian yang telah kuputuskan.
Oh angin, bawalah awan gelap itu pergi. Jangan pernah biarkan ia menutupinya lagi. Tak dapat kupungkiri, ini semua salahku. Aku yang tlah membirkan dia bersembunyi karena harus melihatku membuat genangan itu. Telah kututup sebuah genangan itu. Sungguh, telah aku tutup.
Hanya ingin melihatmu memancarkan pesona putihmu, itulah keinginanku. Aku disini, dibalik sebuah angan selalu melihatmu. Menantikan kau bersinar kembali, wahai Sang Purnama Malam...

2 komentar: